Mahar adalah tanda
kesungguhan seorang laki-laki untuk menikahi seorang perempuan untuk dimiliki
dan sebagai penghalal hubungan. Bentuk mahar bisa bermacam-macam, bisa berupa
uang, emas, alat sholat, hafalan qur’an, dan lain-lain, tergantung keinginan
dan permintaan dari calon mempelai wanita.
Mahir adalah suatu
kecakapan yang dimiliki seseorang, bisa memasak, mendesain, menulis,
bersih-bersih, mencuci, menjahit, membaca al qur’an, membuat kue, dan
lain-lain.
Mahar itu bukannya
nama anak dalam novel ‘Laskar Pelangi’, dan Mahir itu ya Maher Zain, penyanyi
yang terkenal, ya iyalah bukan.
Seperti biasa, yang
namanya perempuan adakalanya ketika sudah berumur dewasa, topik pembicaraannya
tidak jauh dari yang namanya nikah. Aku sebenarnya juga rada bingung, melihat
teman-temanku bercerita dan memimpikan ini itu dalam pernikahan. Salah satunya
adalah mahar, dikalangan perkotaan mahar yang ditujukan kepada lelaki begitu
mahal, mencapai 30 juta. Ini mungkin adat yang berkembang, atau kesalahan orang
tua yang terlalu tinggi menetapkan harga untuk calon lelaki bagi anak
perempuannya.
Lain lagi dengan
yang namanya kalangan aktivis, para akhwat menginginkan sang ikhwan memberikan
mahar berupa hafalan qur’an, dengan permintaan yang berbeda-beda. Ada yang cuma
surah ar-Rahman, al Ikhlas, dan tak tanggung hafalan 30 juz.
Tak ada yang salah
dari itu semua, hanya saja mahalnya mahar yang diajukan tak sebanding dengan
mahir yang ditawarkan.
Para lelaki,
bersusah payah mencari materi, dan menambah hafalan qur’annya demi mendapat
pujaan hati. Tapi para perempuan malah santai dan bermanis-manis ria. Tidak
malukah sebagai perempuan mengajukan syarat yang bermacam-macam, sementara
dirinya tak punya kemahiran apapun.
Yang terlupakan
dari perempuan adalah:
1. Memasak. Banyak perempuan enggan belajar
memasak, dengan alasan tidak bisa dan ketika menikah nanti lebih mencari
alternatif untuk membeli lauk diluar dan mencari pembantu. Tak sadarkah bahwa
di dalam memasak bisa ditemukan cinta, bisa mengucapkan beribu shalawat ketika
memasak dengan sepenuh hati dan cinta, sehingga suaminya akan merasa senang dan
anak-anaknya pun menjadi bertambah cinta, karena ada jalinan cinta di dalamnya.
2. Mencuci. Dari mulai mencuci piring, mencuci
baju sampai mencuci yang lainnya. Sehabis mencuci pakaian, pasti ada kegiatan
yang namanya menjemur pakaian, tentunya harus teratur dan tertata rapi. Pepatah
dari nenekku ini mungkin ada benarnya ‘jika ingin melihat calon istri yang bisa
mengatur rumah tangga, maka lihatlah cara ia menjemur pakaian, bisa dilihat
dari mana ia memulainya, dari yang besar, baru kemudian yang kecil-kecil, serta
tidak semerawut’ .
3. Menjahit. Maksudnya gimana neh. Menjahit
yang dimaksud, tidak mengharuskan menghasilkan satu buah pakaian, tapi kalau
memang bisa Alhamdulillah, hanya saja menjahit disini adalah sewaktu-waktu
pasti ada kancing baju yang lepas, bagian dari seprei yang sedikit robek, tidak
melulu harus dibawa ke tukang jahit, kalau bisa sendiri, kenapa tidak.
4. Membuat kue. Tak beda jauh dengan memasak,
membuat kue juga perlu kemahiran, adakalanya perempuan malas membuat kue, dan
membiarkan para suaminya nongkrong dan minum diluar untuk makan kue, sadar atau
tidak, diluar sana ia akan melihat perempuan-perempuan lain, apakah tidak
merasa cemburu, dan yang patut di perhitungkan adalah jika terlalu sering jajan
diluar, keuangan akan menipis untuk hal yang remeh.
5. Membaca Al Qur’an. Banyak para akhwat yang
mengajukan hafalan qur’an, sedangkan bacaan qur’annya pun jauh dari benar.
Dari itu, para
perempuan berpikirlah seribu kali ketika mengajukan hal yang bermacam-macam
kepada calon suami yang akan melamarmu. Seberapa bagus kemahiran yang kau
miliki yang bisa ditampilkan, apakah sudah wajar atau malah berlebihan.
Lelaki memang tak
pernah mengucapkan hal demikian, tapi tersirat jauh di dalam lubuk hatinya
ingin memiliki calon isteri seperti itu.
Semua sepakat
tentunya, kalau cinta itu punya pengaruh hebat dalam hati pemiliknya, cinta itu
termasuk motivator yang kuat dalam jiwa manusia. End, dari sekarang jadikan
mahar yang diinginkan sebagai motivator untuk memompa mahir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar