Rabu, 01 Juni 2011

MAHAR dan MAHIR

Penulis: Zahratun Nisa


Mahar adalah tanda kesungguhan seorang laki-laki untuk menikahi seorang perempuan untuk dimiliki dan sebagai penghalal hubungan. Bentuk mahar bisa bermacam-macam, bisa berupa uang, emas, alat sholat, hafalan qur’an, dan lain-lain, tergantung keinginan dan permintaan dari calon mempelai wanita.
Mahir adalah suatu kecakapan yang dimiliki seseorang, bisa memasak, mendesain, menulis, bersih-bersih, mencuci, menjahit, membaca al qur’an, membuat kue, dan lain-lain.
Mahar itu bukannya nama anak dalam novel ‘Laskar Pelangi’, dan Mahir itu ya Maher Zain, penyanyi yang terkenal, ya iyalah bukan.
Seperti biasa, yang namanya perempuan adakalanya ketika sudah berumur dewasa, topik pembicaraannya tidak jauh dari yang namanya nikah. Aku sebenarnya juga rada bingung, melihat teman-temanku bercerita dan memimpikan ini itu dalam pernikahan. Salah satunya adalah mahar, dikalangan perkotaan mahar yang ditujukan kepada lelaki begitu mahal, mencapai 30 juta. Ini mungkin adat yang berkembang, atau kesalahan orang tua yang terlalu tinggi menetapkan harga untuk calon lelaki bagi anak perempuannya.
Lain lagi dengan yang namanya kalangan aktivis, para akhwat menginginkan sang ikhwan memberikan mahar berupa hafalan qur’an, dengan permintaan yang berbeda-beda. Ada yang cuma surah ar-Rahman, al Ikhlas, dan tak tanggung hafalan 30 juz.
Tak ada yang salah dari itu semua, hanya saja mahalnya mahar yang diajukan tak sebanding dengan mahir yang ditawarkan.
Para lelaki, bersusah payah mencari materi, dan menambah hafalan qur’annya demi mendapat pujaan hati. Tapi para perempuan malah santai dan bermanis-manis ria. Tidak malukah sebagai perempuan mengajukan syarat yang bermacam-macam, sementara dirinya tak punya kemahiran apapun.
Yang terlupakan dari perempuan adalah:
1.     Memasak. Banyak perempuan enggan belajar memasak, dengan alasan tidak bisa dan ketika menikah nanti lebih mencari alternatif untuk membeli lauk diluar dan mencari pembantu. Tak sadarkah bahwa di dalam memasak bisa ditemukan cinta, bisa mengucapkan beribu shalawat ketika memasak dengan sepenuh hati dan cinta, sehingga suaminya akan merasa senang dan anak-anaknya pun menjadi bertambah cinta, karena ada jalinan cinta di dalamnya.
2.    Mencuci. Dari mulai mencuci piring, mencuci baju sampai mencuci yang lainnya. Sehabis mencuci pakaian, pasti ada kegiatan yang namanya menjemur pakaian, tentunya harus teratur dan tertata rapi. Pepatah dari nenekku ini mungkin ada benarnya ‘jika ingin melihat calon istri yang bisa mengatur rumah tangga, maka lihatlah cara ia menjemur pakaian, bisa dilihat dari mana ia memulainya, dari yang besar, baru kemudian yang kecil-kecil, serta tidak semerawut’ .
3.    Menjahit. Maksudnya gimana neh. Menjahit yang dimaksud, tidak mengharuskan menghasilkan satu buah pakaian, tapi kalau memang bisa Alhamdulillah, hanya saja menjahit disini adalah sewaktu-waktu pasti ada kancing baju yang lepas, bagian dari seprei yang sedikit robek, tidak melulu harus dibawa ke tukang jahit, kalau bisa sendiri, kenapa tidak.
4.    Membuat kue. Tak beda jauh dengan memasak, membuat kue juga perlu kemahiran, adakalanya perempuan malas membuat kue, dan membiarkan para suaminya nongkrong dan minum diluar untuk makan kue, sadar atau tidak, diluar sana ia akan melihat perempuan-perempuan lain, apakah tidak merasa cemburu, dan yang patut di perhitungkan adalah jika terlalu sering jajan diluar, keuangan akan menipis untuk hal yang remeh.
5.    Membaca Al Qur’an. Banyak para akhwat yang mengajukan hafalan qur’an, sedangkan bacaan qur’annya pun jauh dari benar.

Dari itu, para perempuan berpikirlah seribu kali ketika mengajukan hal yang bermacam-macam kepada calon suami yang akan melamarmu. Seberapa bagus kemahiran yang kau miliki yang bisa ditampilkan, apakah sudah wajar atau malah berlebihan.
Lelaki memang tak pernah mengucapkan hal demikian, tapi tersirat jauh di dalam lubuk hatinya ingin memiliki calon isteri seperti itu.
Semua sepakat tentunya, kalau cinta itu punya pengaruh hebat dalam hati pemiliknya, cinta itu termasuk motivator yang kuat dalam jiwa manusia. End, dari sekarang jadikan mahar yang diinginkan sebagai motivator untuk memompa mahir.

Tidak ada komentar: